Go! Muslimpreneur

Inspirasi Wirausaha Muslim

Di blog ini, penulis mengajak sesama Muslim untuk saling berbagi, menginspirasi dan menyemangati dalam meraih cita-cita terutama di bidang wirausaha membangun perekonomian yang sesuai dengan syariat.
Menu
Go! Muslimpreneur



Bismillaah,

Menjadi seorang ibu, adalah suatu karunia. Sebagian dari kita ada yang menjadi ibu sekaligus pekerja, atau disambi kegiatan mengajar, atau seperti saya menjadi seorang pebisnis. Baru di tahapan belajar, saya adalah seorang 'mompreneur' yang membangun usaha online.

Walaupun belum bisa merasa puas, tetapi saya sangat bersyukur dengan pencapaian saat ini. Karena menemukan passion saya di bidang ini membutuhkan proses yang tidak sebentar.

‘Mompreneur’ adalah Profesi

Menjadi seorang ibu itu sendiri adalah sebuah profesi yang spesial. Prestasi tertinggi adalah menghasilkan anak-anak yang shalih-shalihah, berakhlak mulia dan berilmu.

‘Mompreneur’, juga adalah sebuah profesi. Selain menjadi ibu, di saat yang bersamaan merangkap sebagai seorang pebisnis. Tentu  prestasi yang diharapkan selain juga sukses mendidik anak-anak adalah berhasil dalam bisnisnya.

Diharapkan tidak ada yang terbengkalai, baik itu anak-anak maupun urusan keluarga secara keseluruhan. Memang tugasnya lebih berat, tetapi sebagian perempuan memiliki hasrat yang kuat untuk mengembangkan diri.

Ujian 'Mompreneur'

Setiap kita, memang akan selalu mendapatkan ujian. Tidak hanya seorang ibu rumah tangga biasa, ataupun ibu pekerja termasuk juga seorang 'mompreneur'. 

Memiliki kesempatan berkarya, membangun bisnis dengan sekaligus menemani anak-anak setiap waktu, bukanlah tanpa ujian. Kelebihannya bagi seorang ‘mompreneur’ adalah tentu saja bisa lebih banyak punya waktu mendampingi anak-anak, terlebih jika bisnis yang dibangun adalah jenis bisnis online yang tidak membutuhkan bagi ibu untuk sering-sering keluar rumah.

Seringkali anak-anak baik mereka masih kecil ataupun sudah besar, menjadi ujian bagi ibu. Menahan diri, adalah kunci dari semua ujian yang datang. Belajar lebih sabar, dalam menghadapi semua permasalahan. Termasuk juga dalam menghadapi anak-anak, terutama anak-anak yang masih kecil yang masih sering tantrum, sangat menguras energi.

Dan ketika bulan puasa seperti saat ini, lebih berat lagi karena kita diperintahkan untuk bisa menahan diri ketika Ramadan. Menahan diri untuk tidak marah, untuk lebih bersabar, berlemah lembut pada anak-anak.

Memfokuskan pikiran hanya untuk anak-anak adalah prioritas seorang ibu. Menjalankan bisnis adalah prioritas setelahnya.

Anak Tetap Prioritas Utama

Ramadan adalah bulan penuh keberkahan yang datang hanya satu bulan selama satu tahun. Adalah sebuah keutamaan bagi kita bisa mengajarkan anak-anak untuk memanfaatkan moment berharga ini.

Mengajarkan makna puasa, meningkatkan ibadah shalat dan juga bersedekah kepada anak-anak yang sudah bisa mengerti. Sementara kepada anak-anak yang masih bayi misalnya tetap kewajiban seorang ibu untuk mengutamakan keperluannya dibandingkan kewajiban sang ibu untuk berpuasa.

Bulan Ramadan adalah saat yang tepat untuk menempa mental seorang ibu dalam memberikan teladan yang baik kepada anak-anak. Walaupun sibuk dengan segala macam urusan di luar urusan rumah tangga, tetap harus bisa menahan diri ketika menghadapi anak-anak.

Tetaplah keutamaan seorang wanita terlebih seorang ibu adalah menjaga anak-anaknya sepenuh hati. Ketika mereka membutuhkan perhatian, di situlah peran seorang ibu harus dioptimalkan. Sesungguhnya, anak-anak merasa dekat hanya kepada ibunya. Maka mereka terlihat lebih manja, lebih bergantung ketika dekat dengan ibunya. Hal yang fitrah, akan terjadi pada semua anak.

Penulis sendiri merasa masih dalam tahap belajar, karena tidak mudah menahan diri untuk tetap bisa bersabar dan berlemah lembut menghadapi anak-anak dengan macam-macam karakter yang mereka miliki. InsyaAllah ketika ada keinginan untuk terus memperbaiki diri, kita akan berhasil menjadi ibu yang baik bagi anak-anak dan juga menjadi seorang ‘mompreneur’ yang sukses.

Semangat terus moms :) [HHK]

*Mompreneur adalah tema buku antologi pertama penulis yang akan diluncurkan dalam waktu dekat InsyaAllaah.

Bismillaah, Menjadi seorang ibu, adalah suatu karunia. Sebagian dari kita ada yang menjadi ibu sekaligus pekerja, atau disambi k...
Haryani Qonita Abidatullah Jumat, 17 Mei 2019
Go! Muslimpreneur

Bismillaah


Sumber : google

Sumber : google

Sumber : Google


Dulu, saya pilih Sekolah Menengah Kejuruan mungkin lebih karena minimnya informasi yang saya miliki mengenai sekolah yang cocok untuk saya. Waktu itu saya sekolah di SLTP N 1 Cibinong, sekolah menengah pertama terbaik di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dulu, untuk masuk ke sekolah negeri hanya menggunakan indeks NEM (Nilai Ebtanas Murni). Inginnya saya setelah lulus SMP, saya melanjutkan ke SMU N 1 Bogor, sekolah favorit di Kota Bogor. Saya ogah masuk SMU N 1 Cibinong yang letaknya bersebelahan dengan SMP saya. Saya pikir saya harus mencari suasana baru. Saya harus cari sekolah di Kotamadya.

Sayangnya NEM SMP saya waktu itu hanya 40,66 dari 6 mata pelajaran. Ah saya sedih sekali, itu saya sudah berusaha belajar sungguh-sungguh dan ikut kelas bimbel. Tapi memang saya kurang menikmati pelajaran yang diberikan di kelas bimbel. Saya bersyukur saja mendapatkan NEM segitu. Anyway saya juga pernah menjadi juara Try Out di bimbel, ngga nyangka, nilai Try Out saya sebetulnya sama dengan teman saya, yang tentu dia jauh lebih pintar dari saya. Hasil nilai kami sama persis, kami akhirnya diberikan soal tambahan. Memang rejeki saya ya, teman saya itu hanya salah sedikit aja padahal, akhirnya saya yang keluar jadi juara 1. Lumayan membawa pulang piala, hehe.. Alhamdulillaah. - By the way, di Try Out periode berikutnya saya hanya menjadi peringkat ke-4, teman saya yang awalnya sempat bersaing nilai dengan saya dia masih stabil, malah jadi juara 1 dengan nilai yang jauh dengan peringkat 2. Saya pun menangis sampai di rumah, karena pulang tidak bawa apa-apa. Begitulah saya, bagus di awal, sukses, kemudian terbuai dan akhirnya jatuh lah.. :D

Saya merasa waktu itu saya sudah cukup optimal belajarnya. Saya putus kontak dengan siapapun selama sebulan penuh demi untuk fokus belajar. Saya bahkan cuti dari kelas kursus Bahasa Inggris. Mungkin memang rejeki saya cuma segitu saat itu. Teman saya yang sama-sama ikut bimbel pun dia hanya mendapatkan NEM 42 koma sekian. Itu sudah nilai tertinggi di sekolah saya saat itu. Tahun itu ternyata memang hampir semua siswa mendapatkan nilai rata-rata yang lebih rendah dari tahun sebelumnya.

Saya yakin saya tidak akan bisa masuk SMU impian saya. Saya harus mencari sekolah lain. SMU N 3 Bogor, katanya dulu artis Sahrul Gunawan bersekolah di sini juga. Saya ke sana dengan seorang teman. Betapa sedihnya saya, ketika begitu masuk gerbang, saya ditanya salah seorang pegawai sekolah – mungkin staf TU atau guru ya?, saya ga sempat bertanya waktu itu. Ditanya berapa NEM saya, saya bilang sekian. Dia langsung underestimate. Katanya, tahun kemarin aja NEM minimal masuk sana 41 koma sekian. Ada SMAKBO sebetulnya, Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor. Tapi saya ngga mau masuk sana, karena katanya di sana pelajarannya berat, ketat disiplinnya, selain juga bayarannya mahal. Ah saya langsung putus harapan. Saya ngga tau lagi mau cari sekolah yang mana lagi di kota Bogor karena saya ga hafal satu persatu.

Akhirnya.. Saya lihat teman-teman dekat saya banyak yang mendaftar ke SMK N 1 Bogor. Sekolah Menengah Kejuruan Kelompok Bisnis Manajemen dan Pariwisata. Ya sudah lah, saya pikir saya ikut saja bareng dengan teman-teman yang lain. Eit, tapi saya mau survey dulu, sekolahnya seperti apa. Begitu saya mendatangi lokasi, saya begitu takjub dengan bangunannya yang besar (untuk ukuran saya saat itu ya, haha) dan rapiiii.. Cukup dengan melihat bangunan fisik sekolah, saya langsung bulatkan keputusan saya, saya akan daftar menjadi siswa di SMK N 1 Bogor. Padahal saya pernah bilang duluuu banget, saya ga akan mau masuk SMEA lho, kesannya itu kalo masuk SMEA pasti nanti kerja, ga akan bisa kuliah, padahal... Nanti saya ceritakan soal ini... ;)

Berikutnya saya melewati proses seleksi. Rupanya di SMK N 1 Bogor menganut sistem seleksi dengan pembobotan nilai NEM. Jadi tidak murni dari NEM. Untuk mata pelajaran Matematika, Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia mendapatkan bobot dua kali, sementara mata pelajaran lain bobotnya hanya 1. Alhamdulillah waktu itu hasil pembobotan nilai saya lumayan besar, saya masuk di urutan nomor 5 di antara seluruh siswa yang diterima (ada sekitar 9 kelas dikali setiap kelas ada kurang lebih 40 an siswa). Melalui pemeringkatan ini akhirnya saya selama bersekolah di sana mendapatkan beasiswa dari Yayasan Supersemar. Lumayan.. Alhamdulillaah..

Setelah melewati proses registrasi ulang, saya masuk di kelas 1 BM 1. BM = Bisnis Manajemen. Kelas BM saat itu ada 7 kelas. Sementara kelas PW = Pariwisata ada 2 kelas.

Masa orientasi banyak diisi dengan mendegarkan paparan dari pejabat sekolah. Dan pastinya penuh dengan acara yang sudah disusun oleh senior. Entah, mungkin sama saja ya, di setiap sekolah menengah atas pasti lebih terarah saat masa orientasi ketimbang waktu di jenjang sekolah menengah pertama.

Masa orientasi berlalu, kami siswa/i baru wajib mengikuti kajian keagamaan dan kegiatan ekstrakurikuler di hari Jum’at. Ada dua jenis kegiatan ekskul yang sifatnya wajib diikuti di tingkat pertama. Pramuka dan PMR. Setiap siswa wajib memilih salah satu di antara keduanya. Setiap hari Jum’at wajib memakai seragam sesuai dengan ekskul yang dipilih. Saya dengan pertimbangan pernah mengikuti ekskul PMR sewaktu SMP dan ternyata tidak seru, saya putuskan ikut Pramuka. :D

Di sekolah saya ada banyak ekskul lainnya. Paskibra, Basket, Teater, ROHIS dsb. Waktu itu saya juga mengikuti ekskul Paskibra dan Basket. 

Para siswa baru juga mendapatkan jadwal untuk menjaga Koperasi Siswa dan Perpustakaan. Mungkin ini ada kaitannya dengan jurusan yang ada di sekolah. Naik kelas 2 untuk Bidang Studi Bisnis Manajemen akan dikelompokkan ke dalam beberapa Program Studi, yaitu Akuntansi, Sekretaris, Penjualan dan Koperasi. Mungkin kegiatan menjaga Koperasi Siswa ada kaitannya dengan jurusan Koperasi dan Penjualan. Mengenalkan kami seperti apa gambaran jurusan yang mungkin nanti akan kami pilih. Sementara kegiatan menjaga perpustakaan sepertinya kaitannya dengan jurusan Sekretaris, yaitu dalam hal pengarsipan.

Belum selesai sampai di situ, kami para siswa kelas 1 juga diberikan pilihan untuk mengikuti les yang sifatnya wajib. Setiap beberapa kelas mendapatkan mata pelajaran yang sama, sementara yang lain mendapatkan mata pelajaran yang berbeda. Kebetulan kelas saya saat itu mendapatkan les Akuntansi dan Komputer. Tentu saja semua les ini bersertifikat. Saya sampai saat ini masih menyimpan sertifikat Akuntansi Dasar (Ujian Negara) dan sertifikat Komputer (Windows).

Bagi yang nanti kelas 2 nya jurusan Akuntansi, tentu bisa melanjutkan ke level berikutnya sampai ke tingkat Mahir. Saya tidak mengikuti les Bahasa Inggris karena tidak memungkinkan, dalam seminggu aktivitas para siswa baru begitu padat. Tapi saya sempat mengikuti Ujian Negara untuk Bahasa Inggris sampai ke Tingkat Mahir saat kelas 3, Alhamdulillah lulus walau dengan nilai pas-pasan, karena tata bahasanya baku sekali, ah bilang aja karena memang belum mahir.. :p

Saatnya penjurusan...

Saya, begitu juga sebagian besar kawan-kawan saya selalu ngeri ketika Guru Akuntasi kami masuk kelas. Saya dulu orangnya gampang banget terbawa kata orang. Apalagi pas memang beliau mengajar suasana jadi serba tegang. Serius saya akhirnya jadi takut untuk masuk jurusan Akuntansi. :p

Padahal, setelah itu saya dengar beliau orangnya baik, sering sekali mendukung kegiatan ROHIS. Ada rumor untuk masuk jurusan Akuntasi nilai Akuntasi kita harus 9, sementara saya di awal semester cuma dapat 6. Padahal, hampir semua siswa juga mendapatkan nilai yang sama, bahkan untuk desimalnya banyak yang di bawah saya (dulu nilai raport saya sudah pake desimal, misal 6,45).

Karena saya udah kadung takut duluan, waktu ditanya sama wali kelas mau masuk jurusan apa, saya bilang Nomor 1 pilihan saya adalah Penjualan, yang waktu itu jurusan Penjualan itu gimana ya.. Sebetulnya kurang diminati, karena konotasinya lebih ke sales, padahal mah ngga selalu juga sih. Tapi saya bilang ke beliau jurusan Penjualan sebagai pilihan 1. Pilihan ke-2 nya Sekretaris. Ah padahal saya berat untuk masuk jurusan Sekretaris. Saya ini tomboi, dalam bayangan kita semua, saya dan teman-teman, masuk jurusan Sekretaris harus pinter dandan, harus rapi dsb. Tapi saya pikir biarlah, toh pilihan pertama saya jurusan Penjualan, daripada saya harus masuk jurusan Akuntasi yang menyeramkan. :D

Sejenak wali kelas saya melihat nilai-nilai di raport saya. Terus beliau bilang, kalau masuk jurusan Penjualan sayang, karena nilai Bahasa Inggrisnya bagus. Lebih cocok masuk jurusan Sekretaris. Saya yang mendengar kata-kata ‘BAGUS’ untuk nilai Bahasa Inggris langsung berbunga-bunga. Ah masa sih bu? Tiba-tiba saya yakin saya dapat nilai 9. Saya PD karena memang di kelas, saya termasuk yang selalu mendapatkan nilai tinggi untuk Bahasa Inggris dan juga aktif salah satunya dalam sesi Listening di Lab Bahasa. Karena senang itulah, akhirnya saya dengan semangat putuskan, saya pilih jurusan Sekretaris. Woww langsung heboh deh di kelas, lebih-lebih teman-teman dekat saya. Karena kami sudah janji akan masuk jurusan yang sama, yaitu jurusan Penjualan. Tapi saya beda sendiri dan ternyata nilai Bahasa Inggris saya waktu itu Cuma 8,68, ngga nyampe 9. Tapi itu sudah tertinggi sih di antara temen-temen yang lain, tapi tetep aja akhirnya nyesel karena sebenernya berat masuk jurusan Sekretaris. 

Setelah penjurusan...

Anak kelas 2 baru mendapatkan seragam kejuruan. Ini dipakai seminggu sekali. Yang tidak memakai jilbab menggunakan syal tambahan atau dasi, sesuai aturan jurusan. Yang berjilbab syal nya dijahit di tepi jilbab. Jadi terlihat rapi, mungkin di sisi ini kelebihan anak SMK.

Oya saya belum bercerita, kalau sejak duduk di bangku kelas 1, para siswa juga mendapatkan jadwal piket selain piket kelas juga piket membersihkan sekolah, sesuai pembagian. Misal kelas 1 BM 1 di halaman depan, kelas lain di lapangan, kelas yang lain lagi di sisi sekolah, di kamar mandi, di mushola, di koperasi dan sebagainya. Itu lah yang menjaga sekolah tetap bersih, karena kalau hanya mengandalkan seorang tenaga kebersihan sekolah saja, pasti tidak akan sanggup, karena sekolahnya cukup luas. Di setiap sudut sekolah pun dipasang cermin besar, tujuannya agar para siswa lebih rajin memperhatikan penampilan, apa sudah rapi atau belum, biasa anak-anak seusia kami juga saat itu memang senang sekali bercermin. Hehe.

Di kelas 2, kami semua mendapatkan kewajiban magang, bisa di perusahaan bisa juga di instansi pemerintah. Boleh minta dicarikan oleh pihak sekolah, boleh juga mencari sendiri. Kebetulan ayah teman saya bekerja di salah satu perusahaan milik asing, beliau bekerja di bagian HRD, alhamdulillah kami diberi peluang untuk magang di sana selama 3 bulan, padahal biasanya di sana anak-anak Prakerin (Praktek Kerja Industri) hanya diberi waktu 1 bulan saja. Kami memang tidak ditempatkan di bagian kantor depan, jauh dari gerbang utama, tapi suasana tempat kami magang sangat bersahabat. Kami juga mendapatkan fasilitas transportasi dan makan siang yang sama seperti karyawan yang lain. Semuanya free. Bahkan ketika menjelang libur hari raya, kami diberi cindera mata kalender. Itu saja senang? Iya, itu saja membuat hati saya senang, walaupun saya dengar teman-teman dari jurusan Penjualan yang magang di departemen store mendapatkan uang saku per bulannya dan juga tambahan bonus hari raya. Tidak mengapa, karena saya mendapatkan pengalaman magang di salah satu perusahaan terbesar, PT DaimlerChrysler Indonesia, pabriknya mobil Mercy. ^_^

Oya untuk mata pelajaran kewirausahaan, kami dari sejak kelas 1 sudah diajarkan berjualan. Kelas 1 kami diminta berjualan kosmetik dan minuman jahe, ketika mencapai target penjualan, kami akan diberika sertifikat dari pihak perusahaan. Saya sampai sakit-sakit demi mencapai target penjualan kosmetik, karena targetnya lumayan besar untuk saya saat itu, sudah ada sertifikatnya, tapi selalu lupa untuk diambil, akhirnya saya tidak pernah mendapatkan sertifikat itu. Hiks.

Di kelas 2, guru mata pelajaran kewirausahaan kami lebih kreatif lagi, meminta kami untuk berjualan apa saja di sekolah, jadi membawa dagangan ke sekolah. Dikerjakan per kelompok. Saya, dengan ide saya mengajak teman-teman satu kelompok untuk berjualan es rujak. Alhamdulillah untungnya 100% 

Di kelas 3, kami diminta berjualan gel penghangat badan. Karena punya pengalaman buruk dengan target penjualan, akhirnya saya hanya menjual sedikit saja, sekedar syarat. Padahal saat itu masih banyak yang menanyakan produknya, karena segmentasinya cocok dengan rekan-rekan pensiunan Ayahanda, jadi laku keras. Tapi saya stop saja karena saya pikir belum tentu nanti saya mendapatkan sertifikat atau apa lah. Saya salah, perusahaan yang terakhir ini sangat menghargai hasil penjualan para siswa. Ada yang berhasil menjual produk tersebut paling banyak diberikan award, hah saya menyesal kenapa selalu saja meremehkan, padahal jangan patah semangat yaa :D

Ketika kelas 3, guru Bahasa Inggris kami mewajibkan adanya perwakilan dari masing-masing kelas untuk berpidato dalam Bahasa Inggris setiap habis melaksanakan upacara bendera di hari Senin. Saya juga pernah kebagian, ya pede aja lah berdiri dan berpidato di podium tempat Pimpinan Upacara biasa berdiri. :D

Ada yang unik dari sekolah kami, setiap tahun diselenggarakan HUT SMK. Ada macam-macam lomba diselenggarakan. Waktu kelas 1, saya mewakili kelas ikut dalam Speech Contest. Hah saya tampil pertama, itu pertama kali saya tampil di depan umum. Tangan saya gemetar, grogi, suara saya hampir hilang. Hahahaha. Kelas 2 hampir separuh waktu belajar kami dihabiskan di tempat magang. Dan ketika kelas 3, saya dan teman-teman mengikuti Lomba Karya Tulis. Kami menulis tentang sistem belajar mengajar, terinspirasi dari beberapa buku anak muda yang pernah kami baca. Karya Tulis kami menang, alhamdulillaah. Dan saya juga mengikuti speech contest lagi, sebetulnya seharusnya bukan saya yang maju, entah apa alasan mereka mundur. Mungkin karena di final, kami harus berbicara di depan kepala sekolah, wakasek dan semua guru, tentunya juga di depan semua siswa yang hadir. Dan entah bagaimana akhirnya grup saya menang. Ah saya merasa paling payah kok waktu itu. Wkwkwk

Saya tidak tahu apakah sekolah menengah lain juga sama, tapi di SMK kami para siswa diberi kurikulum mata pelajaran Bahasa Inggris yang berbasis pada TOEIC (Test of English for Intenational Communication). Diberi materi grammar dan banyak sekali listening. Dan dibuka kesempatan untuk mengikuti TOEIC yang sesungguhnya yang diselenggarakan penyelenggara resmi TOEIC dan TOEFL se-Indonesia. Kala itu salah seorang siswa mendapatkan nilai tertinggi kalau tidak salah untuk wilayah Jawa atau mana ya, lupa, sampai-sampai dia mendapatkan award dari sekolah. Saya, hanya berkesempatan mengikuti 1 kali TOEIC Nasional, nilainya sama persis dengan siswa tadi. Di kesempatan kedua saya jatuh sakit pasca lomba, jadi tidak ikut lagi, dan siswa tadi mendapatkan nilai tertinggi.

Saya apresiasi juga untuk usaha sekolah saat itu dalam menggali potensi hampir sebagian besar siswa. Setiap siswa yang dinilai berprestasi, dipilih untuk mewakili sekolah mengikuti ajang kompetisi. Bukan hanya dilihat dari nilai semata ya, karena saat itu sekolah kami tidak menganut sistem ranking. Tapi salah satunya dari keberanian siswa untuk tampil aktif.

Saya sendiri pernah mewakili sekolah dalam ajang Cerdas Cermat Bahasa Indonesia tingkat sekolah se kotamadya Bogor. Baru masuk semifinal sudah kalah. Hahaha. Sepertinya sih sudah kalah telak dengan anak-anak dari SMU. Ini mungkin salah satu kekurangan anak-anak SMK, kurang dalam penguasaan ilmu umum. Karena anak-anak SMK lebih fokus pada keilmuan praktek sesuai jurusannya masing-masing.

Kalau lihat penguasaan kompetensi, saya yakin anak-anak SMU akan kalah dengan anak-anak SMK. Saya, bersama 3 orang teman lainnya mewakili sekolah dalam ajang Lomba Kompetensi Siswa SMK Tingkat Propinsi Jawa Barat di Bandung. Saya tentu saja mewakili sekolah sebagai peserta untuk jurusan Sekretaris. Saya tahu saya tidak akan menang. Ah sudah pesimis di awal.. Tapi tenang saja, salah seorang teman saya menang untuk jurusan Akuntansi. Dia lolos sampai ke tingkat Nasional. Apa saja yang dilombakan? Saya tidak tahu persis untuk jurusan lain ya, saya hanya mengingat soalan jurusan saya. Yang pasti pengarsipan, surat menyurat dan terakhir adalah presentasi dalam Bahasa Inggris. Wow ini yang membuat saya minder. Waktu di tingkat Kotamadya sama juga ada sesi presentasi dalam Bahasa Inggris, tapi pelaksanaan lomba tingkat Kotamadya ya di sekolah saya, jadi saya merasa lebih rileks. Ketika di Bandung, saya betul-betul tegang.

Betul, saya tidak masuk dalam 3 besar. Pulang dalam keadaan lelah, dan setelah itu saya drop. Tapi pengalaman di hari itu saya ingat terus sampai saat ini. Saya merasakan bagaimana menghadapi momen besar berkompetisi. Yang kemudian saya juga berkompetisi lagi di masa kuliah (diceritakan nanti InsyaAllaah).

Itulah yang saya ingat mengenai pengalaman saya selama menjadi siswi SMK. Saya acung jempol untuk almamater saya, SMK N 1 Bogor. Saya tidak tahu bagaimana keadaan di sana sekarang. Banyak cinta dari ibu guru saya di sana. Ada yang memotivasi saya pertama kali, ada yang memberikan baju untuk saya kenakan saat perlombaan, ada yang selalu memberikan nilai-nilai bagus kepada saya. Padahal saya ini ngga pinter-pinter amat. Alhamdulillaah, saya berdoa semoga mereka mendapatkan balasan kebaikan yang berlimpah dari Allaah.

Sekarang, saya pikir mungkin saya tidak akan sampai pada titik ini jika saya tidak masuk ke sekolah kejuruan. Saya di sana lebih diarahkan, kemudian diberi kesempatan dan belajar banyak tidak hanya soal pelajaran di bangku sekolah, tapi juga bagaimana berhadapan dengan banyak orang, berkompetisi dan tergabung dalam kegiatan-kegiatan lain di luar kelas. Masuk SMK juga bukan berarti tidak bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Saya mungkin tidak mengalami seleksi semacam UMPTN yang ujiannya kebanyakan diambil dari mata pelajaran siswa SMU dan sifatnya nasional. Saya masuk PTN melalui seleksi PMDK alias dari penilaian raport dan rekomendasi dari pihak sekolah. Tapi ada salah seorang sahabat dekat saya yang berhasil lolos UMPTN (SPMB) ke UNPAD (Univ Padjadjaran - Bandung). Hebat kan, anak SMK juga bisa bersaing kalau memang mau sungguh-sungguh belajar.

Saya berani bilang kalau sekolah kejuruan itu bagus. Disiplin. Tapi ya mungkin tergantung sekolahnya juga ya... Yang pasti, Bravo SMK N 1 Bogor !!!

Bismillaah Sumber : google Sumber : google Sumber : Google Dulu, saya pilih Sekolah Menengah Kejuruan mungkin lebih ...
Haryani Qonita Abidatullah Sabtu, 19 Desember 2015
Go! Muslimpreneur



Saya termasuk yang terlambat tahu tentang informasi berkebun emas. Dengar-dengar banyak yang berhasil meraup keuntungan dengan menjalankan konsep berkebun emas yang tutorialnya banyak disebarkan di internet. Saya kurang begitu faham mengenai detailnya, tapi yang jelas dalam berkebun emas melibatkan sistem gadai emas yang ditawarkan kebanyakan bank syariah. Tapi, belakangan konsep ini sudah mulai ditinggalkan karena bank mengganti kebijakannya dalam sistem gadai emas.

Saya tidak terpengaruh dengan berubahnya kebijakan bank dalam mengatur sistem gadai emas. Saya tetap tertarik untuk berinvestasi di emas terutama sebagai bentuk investasi jangka panjang. Dan di tahap awal saya memilih jenis koin emas dinar.

Setelah terkumpul beberapa dinar, saya ingin mencoba untuk memutar dana investasi saya yang akan digunakan sebagai dana tambahan usaha. Dan lagi, sekalian menitip koin emas saya di bank, jauh lebih aman insyaAllah. Saya mencari informasi seputar gadai emas di internet. Setelah dibanding-bandingkan, pilihan saya jatuh pada penawaran gadai emas dari Bank Jabar Banten Syariah.

Saya langsung mendatangi BJB Syariah terdekat dan mencoba menggadai koin emas dinar yang saya bawa. Prosesnya sederhana, emas yang akan digadai terlebih dahulu ditaksir oleh pejabat bank. Selanjutnya dijelaskan mengenai rincian harga taksiran beserta biaya pemeliharaan.

Di BJB Syariah masa gadai yaitu selama 4 bulan dan dapat diperpanjang 4 bulan berikutnya dengan hanya membayar biaya pemeliharaannya saja. Jadi, kalau sudah jatuh tempo 4 bulan sementara nasabah belum memiliki kesanggupan untuk membayar pokok pinjaman, bank memberi kelonggaran waktu sampai 4 bulan berikutnya dengan syarat membayar biaya pemeliharaan untuk 4 bulan berikutnya. Dan pembayaran biayanya ini bisa langsung dengan mendebit dana yang tersimpan dalam rekening nasabah tersebut. Selanjutnya, jika ingin menggadai emasnya kembali, bisa dilakukan dengan memperbaiki akad gadai. Jadi memungkinkan untuk melakukan transaksi gadai berulang kali dengan menggunakan objek emas yang sama.

Sebagai persyaratan awal nasabah diminta untuk membuka rekening BJB Syariah. Saya memilih tabungan dengan sistem mudhorobah (dengan bagi hasil yang telah ditentukan bank) daripada sistem wadiah (sistem titipan), dan kedua jenis tabungan ini tidak dikenakan biaya bulanan. Membuka tabungan bisa dengan dana hasil gadai. Hanya kekurangannya masih belum terintegrasi dengan pelayanan internet banking.

Prosesnya sangat mudah, dana gadai dinar saya langsung dapat dicairkan saat itu juga. Dan saya mendapatkan sertifikat mitra emas ib maslahah BJB Syariah sebagai bukti akad gadai emas (dinar) milik saya pada BJB Syariah.

Total dana gadai yang diterima yaitu 90 % dari harga taksiran bank dikurangi biaya pemeliharaan selama 4 bulan dan biaya materai.

Saya termasuk yang terlambat tahu tentang informasi berkebun emas. Dengar-dengar banyak yang berhasil meraup keuntungan dengan menjal...
Haryani Qonita Abidatullah Jumat, 10 Januari 2014
Go! Muslimpreneur

Selalu suka foto ini, foto yang diambil tahun 2010

Pertama membuat blog ini adalah saat di mana saya memulai pengabdian saya sebagai seorang pengajar mata kuliah Entrepreneurship di sebuah PTS di Kota Kembang. Kampus tempat saya mengajar memang tidak besar, tapi pengalaman mengajar di sana tidak akan pernah saya lupakan. Setelah menikah saya merasakan betapa mungkin kesempatan mengajar seperti dulu tidak lagi mudah saya dapatkan.

Seperti saya ceritakan di setiap tulisan saya, semenjak menikah fokus saya adalah membantu usaha suami. Terutama untuk masalah pengelolaan keuangan dan administrasi. Perlahan-lahan saya mencoba juga untuk ambil bagian di bidang marketingnya.

Dari awal pernikahan sampai sekarang masuk usia pernikahan yang ke-3 masih sama, hanya saja dulu memang saya lebih concern untuk urusan keseharian perusahaan. Sementara sekarang, lebih ringan karena sudah lebih banyak yang membantu. Selain itu, sekarang saya tengah mempersiapkan diri menjadi seorang ibu. Setelah tahun-tahun penantian, saya bersyukur diberi kepercayaan yang besar untuk mengandung, melahirkan dan mendidik anak dari rahim saya sendiri.

Dalam 2 tahun ke belakang, sebagai sampingan, saya mengelola toko online di bidang herbal dan juga sebuah blog sederhana yang menawarkan jasa umroh backpacker itikaf Ramadhan. Untuk toko online herbalnya terpaksa saya tutup karena sudah sepi pengunjung. Saya berjuang membuat toko itu. Dari yang tidak mengerti apa-apa tentang membuat website, sampai akhirnya bisa memodifikasi sedikit-sedikit. Sementara blog umroh backpackernya masih saya close, sampai nanti ada event lagi insyaAllah.

Hufft, bisa dibilang saya sedang mengalami yang namanya gulung tikar. Lesu....

Tapi saya bersyukur, memiliki blog ini. Setiap hari ada saja yang berkunjung. Beberapa di antaranya ada juga yang memberi komentar di artikel yang saya posting. Mereka, para sahabat maya ini menjadi penghibur dan juga penyemangat bagi saya.

Saat masih kuliah saya memiliki impian untuk meneruskan studi saya sampai menjadi guru besar di bidang Manajemen. Ketika mendapat amanah mengajar bidang Entrepreneurship di PTS, saya terus menyusun strategi agar dapat melanjutkan studi dan memperdalam ilmu Manajemen. Tapi ketika sudah menikah, saya harus mengutamakan hal lain. Bukan berarti impian melanjutkan studi itu sirna, masih tetap hidup, tapi mungkin ketika kesempatan itu datang, saya ingin memprioritaskan bidang ilmu agama, agar saya bisa mendidik anak-anak saya dengan sempurna.

Blog ini tetap akan saya hidupkan, walaupun amat jarang saya menulis di sini. Karena pada dasarnya saya menyukai dunia bisnis.

Saya iri melihat ibu-ibu rumah tangga yang belakangan ini ramai berjualan aneka macam kebutuhan sehari-hari di media sosial. Sebut saja di facebook dan komunitas Blackberry. Mulai dari pakaian (pakaian muslimah, pakaian anak-anak juga pakaian dalam dan lingerie), perlengkapan bayi sampai pada snack alias makanan ringan ada semua yang menjual. Mereka semua tampil profesional. Saya tidak bisa seperti itu. Lantaran kemarin ketika memutuskan membuka toko online pun saya hanya menjual apa yang suami saya jual, jadi tidak punya modal untuk menjual barang-barang lain.

Tapi semua itu tidak lantas membuat saya bersedih, sekarang saya akan sedikit berbagi tentang kegiatan usaha yang bisa menjadi alternatif sebagai lahan sampingan bagi ibu rumah tangga yang tidak punya banyak kesempatan untuk memasarkan barang/jasa.  Sederhana saja, yaitu dengan ber-investasi.

Langkah awal saya dalam memulai kegiatan investasi adalah dengan menggabungkan sedikit dana yang saya miliki pada usaha yang dikelola oleh ibu saya. Toko kecil saja, tapi omzetnya alhamdulillah mengalir terus. Setelah itu saya mencoba keberuntungan dengan me-reseller madu. Saya hanya membeli, untuk urusan menjual saya serahkan pada orang lain.

Sekarang suami saya melakukan trading forex dan emas sebagai usaha sampingan. Lumayan juga hasilnya. Saya berpikir untuk melakukan hal yang sama. Tapi rasanya belum bisa mengejar dana awal untuk membuka akun sendiri. Mungkin untuk sementara saya nebeng dulu di akun suami. Jadi profitnya nanti bisa dibagi.

Nah, itu di antara kegiatan usaha yang bisa jadi pilihan ibu rumah tangga. Selebihnya bisa fokuskan waktu, tenaga dan pikiran untuk benar-benar mengurus suami dan anak-anak. :)


* Terimakasih untuk para sahabat blogger dan pengguna internet yang sudah bersedia mampir ke blog sederhana ini. Membaca artikel dan juga memberi komentar.  

Selalu suka foto ini, foto yang diambil tahun 2010 Pertama membuat blog ini adalah saat di mana saya memulai pengabdian saya sebagai ...
Haryani Qonita Abidatullah Rabu, 18 Desember 2013
Go! Muslimpreneur




Latar belakang saya adalah sarjana ekonomi di bidang Manajemen. Konsentrasi yang saya ambil saat menyusun skripsi adalah Manajemen Keuangan.  Pertimbangan saya memilih konsenstasi keuangan bukanlah karena keinginan mendalami ilmunya, tapi lebih karena saat itu yang memilih konsentrasi tersebut hanya satu-dua orang saja, sehingga saya merasa tertantang untuk menyajikan sesuatu yang berbeda.


Kecenderungan saya dalam memilih bidang keilmuan muncul justru ketika saya sudah menamatkan studi saya. Saya diberi kesempatan mengajar dan saya memilih untuk mengambil bidang Manajemen Kewirausahaan. Saya tidak menyadarinya, ternyata saya sangat menyukai ilmu ini, padahal ketika kuliah saya sempat mencoba langsung menuangkan ide berbisnis kecil-kecilan dengan kedua orang teman saya. Hanya berjualan kerudung, buku dan makanan ringan.

Walaupun bakat berdagang saya biasa-biasa saja, saya mencoba untuk tetap percaya diri. Berwirausaha yang saya lakukan sejak dulu baru tahap berdagang kecil-kecilan. Sampai saya menikah, saya tetap membangun impian saya berwirausaha. Tapi via online. Dan saya hanya berjualan produk yang berhubungan dengan usaha suami saya. Di akhir tahun 2011 saya membuka toko herbal online. Selain memasarkan produk milik suami, saya juga bekerjasama dengan beberapa produsen herbal. Ada rasa bangga, bisa menjalin kerjasama langsung dengan mereka. Tapi menurut saya itu belum seberapa, karena setelah itu toko herbal online semakin menjamur. Toko saya sepertinya hanya diramaikan oleh traffick. Untuk omzet, rasanya belum bisa diharapkan.

Di tahun 2012, suami saya mulai concern di bidang pelayanan umroh. Saya ikut menjual jasa umroh via online. Yang saya tawarkan adalah konsep umroh backpacker itikaf. Saya membuat blog sederhana dan memasang iklan di sana-sini. Selama satu tahun blog saya terpajang di internet dan Alhamdulillah banyak yang berminat. Saya senang karena saya juga berharap bisa ikut berangkat bersama-sama rombongan itikaf di haramain selama bulan Ramadhan.  Antusias calon jamaah luar biasa, apalagi ketika mendekati bulan keberangkatan. Karena permintaan jamaah, maka jadwal keberangkatan dibagi dua. Sebagian berangkat di awal Ramadhan untuk program full Ramadhan, dan selebihnya berangkat di pertengahan Ramadhan untuk program Lailatul Qadar. Saya senang, ketika visa masuk dan tiket penerbangan ke Saudi sudah di tangan, saya berpikir inilah hasil kerja keras saya selama satu tahun terakhir. Saya akan berangkat bersama-sama rombongan menuju dua kota suci untuk berumroh dan itikaf di dua masjid haram selama bulan Ramadhan.

Namun, ada sesuatu yang terjadi di luar dugaan.  Perjalanan saya dan rombongan pertama terganggu dengan adanya ulah oknum yang tidak bertanggungjawab. Bukan hanya jamaah, saya pun merasa sangat kecewa.

Ujian berikutnya datang kemudian, yaitu rombongan jamaah yang rencananya berangkat di pertengahan Ramadhan tidak berhasil mendapatkan visa masuk Saudi. Jumlah jamaah yang rencananya berangkat di pertengahan Ramadhan jumlahnya sekitar 2x dari jumlah jamaah di awal Ramadhan. Saya merasa sangat sedih. Tapi juga merasa tenang karena berada di Masjidil Haram kala itu. Saya tidak tahu harus berbuat apa. Yang ada dalam pikiran saya adalah saya telah gagal. Untuk kesekian kalinya saya gagal mencapai keberhasilan yang diharapkan dari impian saya.

Setelah itu saya bertekad tidak akan lagi berpikir tentang ide-ide apapun. Saya tidak ingin lagi terlalu bersemangat. L

Tapi ada satu hal, blog ini, yang saya buat sekitar 4 tahun yang lalu yang isinya tentang inspirasi berwirausaha masih terus hidup, jumlah pengikut dan trafficnya terus bertambah. Sangat menghibur. Saya tidak menyangka, ternyata tulisan saya ini ada yang membaca. Padahal siapa saya. Saya bukan pakar wirausaha, apalagi praktisi wirausaha yang sukses. Saya juga tidak sedang mendalami ilmu wirausaha di universitas manapun. Sekarang saya hanyalah ibu rumah tangga yang lebih banyak membantu mengelola usaha suami. Membuat saya jadi terharu dan tiba-tiba semangat itu muncul kembali.

Mungkin, yang salah dari saya selama ini adalah karena saya selalu berpindah-pindah bidang saat memutuskan untuk berbisnis. Sejak sekitar 10 tahunan yang lalu suami saya sudah mulai merintis usaha di bidang haji reguler, herbal, dan terakhir difokuskan bidang umroh dan haji khusus. Karena fokus di bidang-bidang tadi, sekarang beliau memiliki wawasan yang luas untuk bidang herbal, umroh dan haji khusus. Sementara saya, terlebih dengan keterbatasan yang ada untuk saat ini, belum memiliki bidang khusus yang bisa saya geluti.

Sekarang, saya hanya ingin berbagi itu saja dulu, mudah-mudahan bisa bermanfaat. Sekarang saya akan menikmati masa-masa pengabdian sebagai asisten suami. Sambil tetap menjaga semangat mencari inspirasi berwirausaha... :) 

Latar belakang saya adalah sarjana ekonomi di bidang Manajemen. Konsentrasi yang saya ambil saat menyusun skripsi adalah Manajemen...
Haryani Qonita Abidatullah Senin, 09 September 2013