|
Sumber : google |
|
Sumber : google |
|
Sumber : Google |
Dulu, saya pilih Sekolah Menengah Kejuruan mungkin lebih
karena minimnya informasi yang saya miliki mengenai sekolah yang cocok untuk
saya. Waktu itu saya sekolah di SLTP N 1 Cibinong, sekolah menengah pertama
terbaik di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dulu, untuk masuk
ke sekolah negeri hanya menggunakan indeks NEM (Nilai Ebtanas Murni). Inginnya
saya setelah lulus SMP, saya melanjutkan ke SMU N 1 Bogor, sekolah favorit di
Kota Bogor. Saya ogah masuk SMU N 1 Cibinong yang letaknya bersebelahan
dengan SMP saya. Saya pikir saya harus mencari suasana baru. Saya harus cari
sekolah di Kotamadya.
Sayangnya NEM SMP saya waktu itu hanya 40,66 dari 6 mata
pelajaran. Ah saya sedih sekali, itu saya sudah berusaha belajar
sungguh-sungguh dan ikut kelas bimbel. Tapi memang saya kurang menikmati
pelajaran yang diberikan di kelas bimbel. Saya bersyukur saja mendapatkan NEM
segitu. Anyway saya juga pernah menjadi juara Try Out di bimbel, ngga
nyangka, nilai Try Out saya sebetulnya sama dengan teman saya, yang tentu dia
jauh lebih pintar dari saya. Hasil nilai kami sama persis, kami akhirnya
diberikan soal tambahan. Memang rejeki saya ya, teman saya itu hanya salah
sedikit aja padahal, akhirnya saya yang keluar jadi juara 1. Lumayan membawa
pulang piala, hehe.. Alhamdulillaah. - By the way, di Try Out periode
berikutnya saya hanya menjadi peringkat ke-4, teman saya yang awalnya sempat
bersaing nilai dengan saya dia masih stabil, malah jadi juara 1 dengan nilai yang
jauh dengan peringkat 2. Saya pun menangis sampai di rumah, karena pulang tidak
bawa apa-apa. Begitulah saya, bagus di awal, sukses, kemudian terbuai dan akhirnya
jatuh lah.. :D
Saya merasa waktu itu saya sudah cukup optimal belajarnya. Saya
putus kontak dengan siapapun selama sebulan penuh demi untuk fokus belajar. Saya
bahkan cuti dari kelas kursus Bahasa Inggris. Mungkin memang rejeki saya cuma segitu
saat itu. Teman saya yang sama-sama ikut bimbel pun dia hanya mendapatkan NEM
42 koma sekian. Itu sudah nilai tertinggi di sekolah saya saat itu. Tahun itu
ternyata memang hampir semua siswa mendapatkan nilai rata-rata yang lebih
rendah dari tahun sebelumnya.
Saya yakin saya tidak akan bisa masuk SMU impian saya. Saya
harus mencari sekolah lain. SMU N 3 Bogor, katanya dulu artis Sahrul Gunawan
bersekolah di sini juga. Saya ke sana dengan seorang teman. Betapa sedihnya
saya, ketika begitu masuk gerbang, saya ditanya salah seorang pegawai sekolah –
mungkin staf TU atau guru ya?, saya ga sempat bertanya waktu itu. Ditanya
berapa NEM saya, saya bilang sekian. Dia langsung underestimate.
Katanya, tahun kemarin aja NEM minimal masuk sana 41 koma sekian. Ada SMAKBO
sebetulnya, Sekolah Menengah Analis Kimia Bogor. Tapi saya ngga mau masuk sana,
karena katanya di sana pelajarannya berat, ketat disiplinnya, selain juga bayarannya
mahal. Ah saya langsung putus harapan. Saya ngga tau lagi mau cari sekolah yang
mana lagi di kota Bogor karena saya ga hafal satu persatu.
Akhirnya.. Saya lihat teman-teman dekat saya banyak yang
mendaftar ke SMK N 1 Bogor. Sekolah Menengah Kejuruan Kelompok Bisnis Manajemen
dan Pariwisata. Ya sudah lah, saya pikir saya ikut saja bareng dengan
teman-teman yang lain. Eit, tapi saya mau survey dulu, sekolahnya seperti apa.
Begitu saya mendatangi lokasi, saya begitu takjub dengan bangunannya yang besar
(untuk ukuran saya saat itu ya, haha) dan rapiiii.. Cukup dengan melihat
bangunan fisik sekolah, saya langsung bulatkan keputusan saya, saya akan daftar
menjadi siswa di SMK N 1 Bogor. Padahal saya pernah bilang duluuu banget, saya
ga akan mau masuk SMEA lho, kesannya itu kalo masuk SMEA pasti nanti kerja, ga
akan bisa kuliah, padahal... Nanti saya ceritakan soal ini... ;)
Berikutnya saya melewati proses seleksi. Rupanya di SMK N 1
Bogor menganut sistem seleksi dengan pembobotan nilai NEM. Jadi tidak murni
dari NEM. Untuk mata pelajaran Matematika, Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia
mendapatkan bobot dua kali, sementara mata pelajaran lain bobotnya hanya 1.
Alhamdulillah waktu itu hasil pembobotan nilai saya lumayan besar, saya masuk
di urutan nomor 5 di antara seluruh siswa yang diterima (ada sekitar 9 kelas
dikali setiap kelas ada kurang lebih 40 an siswa). Melalui pemeringkatan ini
akhirnya saya selama bersekolah di sana mendapatkan beasiswa dari Yayasan
Supersemar. Lumayan.. Alhamdulillaah..
Setelah melewati proses registrasi ulang, saya masuk di
kelas 1 BM 1. BM = Bisnis Manajemen. Kelas BM
saat itu ada 7 kelas. Sementara kelas PW = Pariwisata ada 2 kelas.
Masa orientasi banyak diisi dengan mendegarkan paparan dari
pejabat sekolah. Dan pastinya penuh dengan acara yang sudah disusun oleh
senior. Entah, mungkin sama saja ya, di setiap sekolah menengah atas pasti
lebih terarah saat masa orientasi ketimbang waktu di jenjang sekolah menengah
pertama.
Masa orientasi berlalu, kami siswa/i baru wajib mengikuti kajian
keagamaan dan kegiatan ekstrakurikuler di hari Jum’at. Ada dua jenis kegiatan
ekskul yang sifatnya wajib diikuti di tingkat pertama. Pramuka dan PMR. Setiap siswa
wajib memilih salah satu di antara keduanya. Setiap hari Jum’at wajib memakai
seragam sesuai dengan ekskul yang dipilih. Saya dengan pertimbangan pernah
mengikuti ekskul PMR sewaktu SMP dan ternyata tidak seru, saya putuskan ikut
Pramuka. :D
Di sekolah saya ada banyak ekskul lainnya. Paskibra, Basket, Teater, ROHIS dsb. Waktu itu saya
juga mengikuti ekskul Paskibra dan Basket.
Para siswa baru juga mendapatkan
jadwal untuk menjaga Koperasi Siswa dan Perpustakaan. Mungkin ini ada kaitannya
dengan jurusan yang ada di sekolah. Naik kelas 2 untuk Bidang Studi Bisnis
Manajemen akan dikelompokkan ke dalam beberapa Program Studi, yaitu Akuntansi,
Sekretaris, Penjualan dan Koperasi. Mungkin kegiatan menjaga Koperasi Siswa ada
kaitannya dengan jurusan Koperasi dan Penjualan. Mengenalkan kami seperti apa
gambaran jurusan yang mungkin nanti akan kami pilih. Sementara kegiatan menjaga
perpustakaan sepertinya kaitannya dengan jurusan Sekretaris, yaitu dalam hal
pengarsipan.
Belum selesai sampai di situ, kami para siswa kelas 1 juga
diberikan pilihan untuk mengikuti les yang sifatnya wajib. Setiap beberapa
kelas mendapatkan mata pelajaran yang sama, sementara yang lain mendapatkan
mata pelajaran yang berbeda. Kebetulan kelas saya saat itu mendapatkan les
Akuntansi dan Komputer. Tentu saja semua les ini bersertifikat. Saya sampai saat
ini masih menyimpan sertifikat Akuntansi Dasar (Ujian Negara) dan sertifikat
Komputer (Windows).
Bagi yang nanti kelas 2 nya jurusan Akuntansi, tentu bisa
melanjutkan ke level berikutnya sampai ke tingkat Mahir. Saya tidak mengikuti les
Bahasa Inggris karena tidak memungkinkan, dalam seminggu aktivitas para siswa baru
begitu padat. Tapi saya sempat mengikuti Ujian Negara untuk Bahasa Inggris
sampai ke Tingkat Mahir saat kelas 3, Alhamdulillah lulus walau dengan nilai
pas-pasan, karena tata bahasanya baku sekali, ah bilang aja karena memang belum
mahir.. :p
Saatnya penjurusan...
Saya, begitu juga sebagian besar kawan-kawan saya selalu
ngeri ketika Guru Akuntasi kami masuk kelas. Saya dulu orangnya gampang banget
terbawa kata orang. Apalagi pas memang beliau mengajar suasana jadi serba
tegang. Serius saya akhirnya jadi takut untuk masuk jurusan Akuntansi. :p
Padahal, setelah itu saya dengar beliau orangnya baik,
sering sekali mendukung kegiatan ROHIS. Ada rumor untuk masuk jurusan Akuntasi
nilai Akuntasi kita harus 9, sementara saya di awal semester cuma dapat 6.
Padahal, hampir semua siswa juga mendapatkan nilai yang sama, bahkan untuk
desimalnya banyak yang di bawah saya (dulu nilai raport saya sudah pake
desimal, misal 6,45).
Karena saya udah kadung takut duluan, waktu ditanya sama
wali kelas mau masuk jurusan apa, saya bilang Nomor 1 pilihan saya adalah
Penjualan, yang waktu itu jurusan Penjualan itu gimana ya.. Sebetulnya kurang
diminati, karena konotasinya lebih ke sales, padahal mah ngga selalu
juga sih. Tapi saya bilang ke beliau jurusan Penjualan sebagai pilihan 1.
Pilihan ke-2 nya Sekretaris. Ah padahal saya berat untuk masuk jurusan Sekretaris.
Saya ini tomboi, dalam bayangan kita semua, saya dan teman-teman, masuk jurusan
Sekretaris harus pinter dandan, harus rapi dsb. Tapi saya pikir biarlah, toh
pilihan pertama saya jurusan Penjualan, daripada saya harus masuk jurusan
Akuntasi yang menyeramkan. :D
Sejenak wali kelas saya melihat nilai-nilai di raport saya.
Terus beliau bilang, kalau masuk jurusan Penjualan sayang, karena nilai Bahasa
Inggrisnya bagus. Lebih cocok masuk jurusan Sekretaris. Saya yang mendengar
kata-kata ‘BAGUS’ untuk nilai Bahasa Inggris langsung berbunga-bunga. Ah masa
sih bu? Tiba-tiba saya yakin saya dapat nilai 9. Saya PD karena memang di kelas,
saya termasuk yang selalu mendapatkan nilai tinggi untuk Bahasa Inggris dan
juga aktif salah satunya dalam sesi Listening di Lab Bahasa. Karena senang
itulah, akhirnya saya dengan semangat putuskan, saya pilih jurusan Sekretaris. Woww
langsung heboh deh di kelas, lebih-lebih teman-teman dekat saya. Karena kami
sudah janji akan masuk jurusan yang sama, yaitu jurusan Penjualan. Tapi saya
beda sendiri dan ternyata nilai Bahasa Inggris saya waktu itu Cuma 8,68, ngga
nyampe 9. Tapi itu sudah tertinggi sih di antara temen-temen yang lain, tapi
tetep aja akhirnya nyesel karena sebenernya berat masuk jurusan Sekretaris.
Setelah penjurusan...
Anak kelas 2 baru mendapatkan seragam kejuruan. Ini dipakai
seminggu sekali. Yang tidak memakai jilbab menggunakan syal tambahan atau dasi,
sesuai aturan jurusan. Yang berjilbab syal nya dijahit di tepi jilbab. Jadi
terlihat rapi, mungkin di sisi ini kelebihan anak SMK.
Oya saya belum bercerita, kalau sejak duduk di bangku kelas
1, para siswa juga mendapatkan jadwal piket selain piket kelas juga piket membersihkan
sekolah, sesuai pembagian. Misal kelas 1 BM 1 di halaman depan, kelas lain di
lapangan, kelas yang lain lagi di sisi sekolah, di kamar mandi, di mushola, di
koperasi dan sebagainya. Itu lah yang menjaga sekolah tetap bersih, karena
kalau hanya mengandalkan seorang tenaga kebersihan sekolah saja, pasti tidak
akan sanggup, karena sekolahnya cukup luas. Di setiap sudut sekolah pun
dipasang cermin besar, tujuannya agar para siswa lebih rajin memperhatikan penampilan,
apa sudah rapi atau belum, biasa anak-anak seusia kami juga saat itu memang senang
sekali bercermin. Hehe.
Di kelas 2, kami semua mendapatkan kewajiban magang, bisa di
perusahaan bisa juga di instansi pemerintah. Boleh minta dicarikan oleh pihak
sekolah, boleh juga mencari sendiri. Kebetulan ayah teman saya bekerja di salah
satu perusahaan milik asing, beliau bekerja di bagian HRD, alhamdulillah kami
diberi peluang untuk magang di sana selama 3 bulan, padahal biasanya di sana
anak-anak Prakerin (Praktek Kerja Industri) hanya diberi waktu 1 bulan saja.
Kami memang tidak ditempatkan di bagian kantor depan, jauh dari gerbang utama, tapi
suasana tempat kami magang sangat bersahabat. Kami juga mendapatkan fasilitas transportasi
dan makan siang yang sama seperti karyawan yang lain. Semuanya free. Bahkan
ketika menjelang libur hari raya, kami diberi cindera mata kalender. Itu saja
senang? Iya, itu saja membuat hati saya senang, walaupun saya dengar
teman-teman dari jurusan Penjualan yang magang di departemen store mendapatkan
uang saku per bulannya dan juga tambahan bonus hari raya. Tidak mengapa, karena
saya mendapatkan pengalaman magang di salah satu perusahaan terbesar, PT DaimlerChrysler
Indonesia, pabriknya mobil Mercy. ^_^
Oya untuk mata pelajaran kewirausahaan, kami dari sejak
kelas 1 sudah diajarkan berjualan. Kelas 1 kami diminta berjualan kosmetik dan
minuman jahe, ketika mencapai target penjualan, kami akan diberika sertifikat
dari pihak perusahaan. Saya sampai sakit-sakit demi mencapai target penjualan
kosmetik, karena targetnya lumayan besar untuk saya saat itu, sudah ada
sertifikatnya, tapi selalu lupa untuk diambil, akhirnya saya tidak pernah
mendapatkan sertifikat itu. Hiks.
Di kelas 2, guru mata pelajaran kewirausahaan kami lebih
kreatif lagi, meminta kami untuk berjualan apa saja di sekolah, jadi membawa
dagangan ke sekolah. Dikerjakan per kelompok. Saya, dengan ide saya mengajak
teman-teman satu kelompok untuk berjualan es rujak. Alhamdulillah untungnya
100%
Di kelas 3, kami diminta berjualan gel penghangat badan. Karena
punya pengalaman buruk dengan target penjualan, akhirnya saya hanya menjual
sedikit saja, sekedar syarat. Padahal saat itu masih banyak yang menanyakan
produknya, karena segmentasinya cocok dengan rekan-rekan pensiunan Ayahanda,
jadi laku keras. Tapi saya stop saja karena saya pikir belum tentu nanti saya
mendapatkan sertifikat atau apa lah. Saya salah, perusahaan yang terakhir ini
sangat menghargai hasil penjualan para siswa. Ada yang berhasil menjual produk
tersebut paling banyak diberikan award, hah saya menyesal kenapa selalu saja
meremehkan, padahal jangan patah semangat yaa :D
Ketika kelas 3, guru Bahasa Inggris kami mewajibkan adanya
perwakilan dari masing-masing kelas untuk berpidato dalam Bahasa Inggris setiap
habis melaksanakan upacara bendera di hari Senin. Saya juga pernah kebagian, ya
pede aja lah berdiri dan berpidato di podium tempat Pimpinan Upacara biasa
berdiri. :D
Ada yang unik dari sekolah kami, setiap tahun
diselenggarakan HUT SMK. Ada macam-macam lomba diselenggarakan. Waktu kelas 1,
saya mewakili kelas ikut dalam Speech Contest. Hah saya tampil pertama, itu
pertama kali saya tampil di depan umum. Tangan saya gemetar, grogi, suara saya
hampir hilang. Hahahaha. Kelas 2 hampir separuh waktu belajar kami dihabiskan
di tempat magang. Dan ketika kelas 3, saya dan teman-teman mengikuti Lomba
Karya Tulis. Kami menulis tentang sistem belajar mengajar, terinspirasi dari
beberapa buku anak muda yang pernah kami baca. Karya Tulis kami menang,
alhamdulillaah. Dan saya juga mengikuti speech contest lagi, sebetulnya
seharusnya bukan saya yang maju, entah apa alasan mereka mundur. Mungkin karena
di final, kami harus berbicara di depan kepala sekolah, wakasek dan semua guru,
tentunya juga di depan semua siswa yang hadir. Dan entah bagaimana akhirnya
grup saya menang. Ah saya merasa paling payah kok waktu itu. Wkwkwk
Saya tidak tahu apakah sekolah menengah lain juga sama, tapi
di SMK kami para siswa diberi kurikulum mata pelajaran Bahasa Inggris yang berbasis
pada TOEIC (Test of English for Intenational Communication). Diberi materi
grammar dan banyak sekali listening. Dan dibuka kesempatan untuk mengikuti
TOEIC yang sesungguhnya yang diselenggarakan penyelenggara resmi TOEIC dan TOEFL
se-Indonesia. Kala itu salah seorang siswa mendapatkan nilai tertinggi kalau
tidak salah untuk wilayah Jawa atau mana ya, lupa, sampai-sampai dia
mendapatkan award dari sekolah. Saya, hanya berkesempatan mengikuti 1 kali
TOEIC Nasional, nilainya sama persis dengan siswa tadi. Di kesempatan kedua
saya jatuh sakit pasca lomba, jadi tidak ikut lagi, dan siswa tadi mendapatkan
nilai tertinggi.
Saya apresiasi juga untuk usaha sekolah saat itu dalam
menggali potensi hampir sebagian besar siswa. Setiap siswa yang dinilai
berprestasi, dipilih untuk mewakili sekolah mengikuti ajang kompetisi. Bukan hanya
dilihat dari nilai semata ya, karena saat itu sekolah kami tidak menganut
sistem ranking. Tapi salah satunya dari keberanian siswa untuk tampil aktif.
Saya sendiri pernah mewakili sekolah dalam ajang Cerdas Cermat
Bahasa Indonesia tingkat sekolah se kotamadya Bogor. Baru masuk semifinal sudah
kalah. Hahaha. Sepertinya sih sudah kalah telak dengan anak-anak dari SMU. Ini
mungkin salah satu kekurangan anak-anak SMK, kurang dalam penguasaan ilmu umum.
Karena anak-anak SMK lebih fokus pada keilmuan praktek sesuai jurusannya
masing-masing.
Kalau lihat penguasaan kompetensi, saya yakin anak-anak SMU
akan kalah dengan anak-anak SMK. Saya, bersama 3 orang teman lainnya mewakili
sekolah dalam ajang Lomba Kompetensi Siswa SMK Tingkat Propinsi Jawa Barat di
Bandung. Saya tentu saja mewakili sekolah sebagai peserta untuk jurusan
Sekretaris. Saya tahu saya tidak akan menang. Ah sudah pesimis di awal.. Tapi
tenang saja, salah seorang teman saya menang untuk jurusan Akuntansi. Dia lolos
sampai ke tingkat Nasional. Apa saja yang dilombakan? Saya tidak tahu persis
untuk jurusan lain ya, saya hanya mengingat soalan jurusan saya. Yang pasti
pengarsipan, surat menyurat dan terakhir adalah presentasi dalam Bahasa
Inggris. Wow ini yang membuat saya minder. Waktu di tingkat Kotamadya sama juga
ada sesi presentasi dalam Bahasa Inggris, tapi pelaksanaan lomba tingkat
Kotamadya ya di sekolah saya, jadi saya merasa lebih rileks. Ketika di Bandung,
saya betul-betul tegang.
Betul, saya tidak masuk dalam 3 besar. Pulang dalam keadaan
lelah, dan setelah itu saya drop. Tapi pengalaman di hari itu saya ingat terus
sampai saat ini. Saya merasakan bagaimana menghadapi momen besar berkompetisi. Yang
kemudian saya juga berkompetisi lagi di masa kuliah (diceritakan nanti InsyaAllaah).
Itulah yang saya ingat mengenai pengalaman saya selama
menjadi siswi SMK. Saya acung jempol untuk almamater saya, SMK N 1 Bogor. Saya
tidak tahu bagaimana keadaan di sana sekarang. Banyak cinta dari ibu guru saya
di sana. Ada yang memotivasi saya pertama kali, ada yang memberikan baju untuk
saya kenakan saat perlombaan, ada yang selalu memberikan nilai-nilai bagus
kepada saya. Padahal saya ini ngga pinter-pinter amat. Alhamdulillaah, saya
berdoa semoga mereka mendapatkan balasan kebaikan yang berlimpah dari Allaah.
Sekarang, saya pikir mungkin saya tidak akan sampai pada
titik ini jika saya tidak masuk ke sekolah kejuruan. Saya di sana lebih
diarahkan, kemudian diberi kesempatan dan belajar banyak tidak hanya soal
pelajaran di bangku sekolah, tapi juga bagaimana berhadapan dengan banyak orang,
berkompetisi dan tergabung dalam kegiatan-kegiatan lain di luar kelas. Masuk SMK juga bukan berarti tidak bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Saya mungkin tidak mengalami seleksi semacam UMPTN yang ujiannya kebanyakan diambil dari mata pelajaran siswa SMU dan sifatnya nasional. Saya masuk PTN melalui seleksi PMDK alias dari penilaian raport dan rekomendasi dari pihak sekolah. Tapi ada salah seorang sahabat dekat saya yang berhasil lolos UMPTN (SPMB) ke UNPAD (Univ Padjadjaran - Bandung). Hebat kan, anak SMK juga bisa bersaing kalau memang mau sungguh-sungguh belajar.
Saya berani bilang kalau sekolah kejuruan itu bagus.
Disiplin. Tapi ya mungkin tergantung sekolahnya juga ya... Yang pasti, Bravo SMK N 1 Bogor !!!